Monday, 11 November 2013

Konvergensi IT dan Telekomunikasi dalam Menghadapi Resesi Global 2009 dan Global Warming

Konvergensi IT dan Telekomunikasi dalam Menghadapi Resesi Global 2009 dan Global Warming

Bicara mengenai teknologi informasi dan komunikasi adalah berbicara tentang sesuatu yang canggih, trendy, mudah serta widely-acceptable (diterima secara luas). Mengapa demikian ? Karena dari tahun ke tahun penetrasi dan ekspansi ICT (Information and Communication Technology) meningkat pesat. Ini terbukti dari pernyataan Menkominfo, M.Nuh, di beberapa media massa bahwa jumlah pelanggan seluler di Indonesia selama 2007 mencapai 96,41 juta nomor, tumbuh sekitar 51 % dibanding 2006 yang hanya 63,8 juta nomor.
Selain itu, masih menurut M. Nuh, pertumbuhan pesat juga tercatat pada pelanggan telepon tetap nirkabel yang mencapai 11 juta nomor, sedangkan telepon tetap (kabel) 8,7 juta nomor. Belum lagi kalau kita bicara soal internet, yang merupakan bagian dari ICT dimana menurut APJII jumlah pemakai internet selama tahun 2007 lalu adalah 25 juta orang. Dengan kata lain jumlah pemakai internet sebesar 11,36 % dari jumlah penduduk Indonesia.
Dari praktek kehidupan sehari-hari dapat kita saksikan beragam manusia di Indonesia tidak ada yang tak tersentuh oleh produk selular atau HP. Bahkan orang yang awam bahasa inggris sekalipun cepat sekali melafalkan kata HP meski bukan tidak mungkin mereka tidak mengerti apa kepanjangan dari HP. Kata ini juga mungkin kata yang paling banyak diucapkan baik secara lisan maupun tulisan di dunia ini. Penggunaan selular entah itu untuk SMS, atau sekedar bercakap-cakap menjadi aktivitas rutin masyarakat di Indonesia bahkan di dunia. Mulai dari presiden, pejabat Negara, kaum jetset, eksekutif perusahaan, karyawan, pelajar, supir, pembantu rumah tangga, tukang becak hingga anak-anak SD telah keranjingan yang namanya telepon selular. Jarak tidak lagi menjadi masalah karena layanan 3,5 G telah mendekatkan individu-individu bagaikan bercermin di depan kaca.
Apa itu Konvergensi ICT ?
Dengan kecanggihan alat komunikasi saat ini maka tanpa kita sadari telah terjadi konvergensi di berbagai bidang kehidupan di dunia ini. Konvergensi adalah proses “penyatuan” global terhadap aktivitas masyarakat yang beranekaragam seperti sekedar ber-halo-halo-an dengan kerabat, mengucapkan selamat hari raya lebaran dan natal sampai dengan best practice perbankan dalam layanan transaksi e-commerce, transaksi e-banking dan sebagainya. Bahkan di tingkat global konvergensi telah mengarah ke pembentukan citizen journalist (pewarta awam) yang dapat kita lihat sekarang ini melalui penyebaran informasi publik lewat weblog, facebook dan sebagainya. Kemudian konvergensi ICT telah mengubah dunia kerja secara fundamental. Kini setiap pekerjaan apapun dapat di-outsourcing-kan bahkan di-offshore-kan.
Lihatlah apa yang terjadi di India. Konvergensi benar-benar terjadi di sana dimana banyak korporasi multi-nasional sekaliber Microsoft, Google, GE, Nokia hingga perusahaan-perusahaan manufaktur melakukan proses alih-kerja ke kawasan cyber Bangalore Valley di India. Lucunya ketika pekerjaan yang sifatnya teknis dan cenderung IT-minded maka pekerjaan itu dapat di-bangalore-kan. Proses alih kerja dan alih daya ini laku keras karena tenaga kerja India termasuk bergaji murah namun punya skill yang tinggi plus pengguasaan bahasa Inggris yang memadai. Tidak heran tren outsourcing dan offshoring semakin diminati oleh korporasi global untuk mengurangi over-head cost sehingga produk mereka akhirnya terjual murah di pasaran dunia.
Efek Konvergensi ICT
Seperti yang telah dijelaskan di awal tulisan ini, perlu diacungi jempol bahwa segmen bisnis ICT di negeri ini berkembang pesat. Namun kalau kita tarik momentum ICT yang terus booming lewat inovasi-inovasinya yang canggih jelas membawa kemudahan dalam hal percepatan layanan komunikasi sehingga sangat efektif bagi komunikasi di era modern ini. Namun terdapat risikonya, yakni timbulnya gaya hidup masyarakat yang “ketagihan” dengan HP atau Internet dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat ketergantungan ini dapat mengarah kepada perilaku masyarakat yang konsumtif-hedonis. Pengeluaran menjadi bertambah karena harus isi-ulang voucher minimal sekali sebulan, bayar tagihan berlangganan internet, orang-orang berlomba mengirim sms sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan reward atau poin yang menarik plus berlangganan nada yang sambung yang bisa berganti-ganti. Belum lagi kasus-kasus foto bugil serta porno-aksi yang tersebar melalui HP secara meluas. Jahatnya lagi, internet dipakai oleh para teroris untuk merancang suatu serangan brutal.
Ya, konvergensi ICT bagaikan dua sisi mata uang. Satu positif dan satu negatif. Anehnya, meskipun miskin, orang tetap berupaya memiliki HP dan yang semakin kaya adalah operator selular. Diperkirakan puluhan triliun rupiah pendapatan bersih akan diraih dari berbagai perusahaan ICT di akhir tahun 2008 ini.
Konvergensi IT dan Ancaman Resesi 2009
Resesi global 2008 sudah kita rasakan dampaknya di Indonesia. Kurs rupiah melemah, beberapa perusahaan di tanah air telah melakukan PHK massal karena kurangnya permintaan barang dan jasa dari luar negeri ditambah naiknya risiko kriminalitas. Semua ini tentunya menjadi beban berat kita semua. Maka dari itu, di tengah-tengah krisis global saat ini dan ancaman resesi berat yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di tahun 2009 – dimana jutaan orang terancam kehilangan pekerjaannya – lalu bagaimanakah kontribusi dunia ICT mengatasi permasalahan ini ?
Sekilas mari kita tengok data BPS di bulan Maret 2007, dimana 63,52% penduduk miskin Indonesia berada di pedesaan. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 adalah 37,17 juta orang (Kompas 16/10/07). Apabila ditambah dengan potensi PHK di 2009 maka diperkirakan jumlah orang miskin semakin berlimpah menjadi 47,17 orang (asumsi 10 juta orang kena PHK di semua sektor ekonomi). Lalu apa hubungannya dunia ICT dengan masalah resesi Indonesia di 2009 ? Jawabannya adalah karena konvergensi ICT.
Konvergensi adalah nilai tambah eksklusif yang hanya dimiliki oleh kalangan bisnis ICT. Meskipun krisis juga mempengaruhi bisnis ICT namun industri ini bersifat kreatif. Dengan kata lain industri ICT adalah industri kreatif yang sangat berpotensial menjadi penyangga perekonomian nasional di tengah gempuran resesi 2009. Karena kreativitasnya yang mumpuni maka sektor ICT sudah selayaknya memberikan kontribusi yang nyata dalam mengatasi problem kemiskinan melalui penciptaan lapangan pekerjaan di tahun 2009. Jelas sekali konvergensi ICT harus membawa keuntungan bagi masyarakat luas di negeri ini.
Konvergensi ICT Dalam Industri Kreatif
Di Indonesia, kontribusi bisnis kreatif masih belum terpetakan dengan jelas. Namun perkembangan industri kreatif di Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian Indonesia. Menurut Mari Pangestu (Mendag), rata-rata kontribusi PDB industri kreatif Indonesia sepanjang tahun 2002-2006 sebesar 6,3% dari total Produk Domistik Bruto (PDB) Nasional dengan nilai Rp 104,6 triliun. Nilai ekspor industri kreatif mencapai Rp 81,4 triliun dan berkontribusi sebesar 9,13 persen terhadap total nilai ekspor nasional dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5,4 juta pekerja. PDB industri kreatif menduduki peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama yang ada di Indonesia. PDB industri kreatif saat ini masih didominasi oleh kelompok fashion, kerajinan, periklanan, dan desain.
Lihatlah begitu besarnya potensi bisnis kreatif ini. Meskipun sektor ICT tidak termasuk 4 (empat) besar item kreatif namun dapat dipastikan bahwa konvergensi ICT bisa mempercepat laju ekspor Indonesia di tahun 2009. Kontribusi ICT sangat memainkan peran besar dalam hal jangkauan layanan dan pemasarannya. Melalui konvergensi ICT maka pemasaran, penjualan bisnis kreatif akan semakin mudah. Melalui website, layanan black berry maka kalangan usahawan kreatif akan lebih mudah menawarkan barang dan jasanya ke luar negeri. Begitu juga dengan kecepatan order maka lewat konvergensi ICT order pembelian dapat dilakukan secara on-line baik lewat situs-situs penyedia e-commerce bahkan lewat tele-conference yang difasilitasi oleh kalangan operator selular.
Perusahaan operator selular harus segera melakukan sinergi dengan komunitas-komunitas industri kreatif secara optimal. Penulis menyarankan agar operator selular membentuk konsorsium bersama dengan kalangan industri kreatif. Konsorsium tersebut nantinya membuat media on-line secara dual system baik dengan menggunakan teknologi WAP (wireless application protocol) di HP maupun berbasis web. Teknologi WAP memungkinkan layanan informasi bisa menjangkau masyarakat luas dan selalu ter-update setiap saat.
Dengan demikian konvergensi ICT dalam hal ini mampu mengakomodir seluruh aneka produk kreatif yang akan dipasarkan secara domestic maupun internasional. Mulai dari jenis produk, fitur-fiturnya, harga, kebutuhan-kebutahan pembeli, layanan purna-jual hingga ke pembayaran lewat internet. Dengan demikian timbul win-win solution, dimana barang dan jasa cepat terjual dan devisa buat Negara semakin cepat diraup.
Konvergensi ICT Dalam Pertanian-Perikanan
Seperti yang kita ketahui bahwa basis perekonomian di Indonesia adalah sektor pertanian dan perikanan. Mayoritas penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan pesisir pantai. Dari mereka yang berprofesi sebagai petani dan nelayan, kita bisa makan nasi setiap hari tanpa harus memikirkan kapan panen berhasil atau gagal. Plus makanan kita bergizi karena adanya ikan laut-tawar dari hasil tangkapan nelayan-nelayan kita dengan risiko tenggelam. Inilah talenta alamiah bangsa Indonesia yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita semua. Kita harus memanfaatkan ini lewat konvergensi ICT sehingga hasil produksi pertanian dan perikanan kita bisa maju pesat.
Bagaimana caranya ? Lewat penciptaan situs-situs internet yang berisi informasi mutakhir tentang cara penanaman bibit padi unggul, budi daya ikan tawar atau pencarian ikan laut menggunakan GPS. Setiap KUD (Koperasi Unit Desa) dan Koperasi Usaha Tani (KUT) serta Koperasi Nelayan di seluruh Indonesia, maka kalangan operator selular dapat menyediakan fasilitas band-with di desa-desa maupun di seluruh pesisir pantai.
Setelah jalur internet atau pun stasiun relay terpasang maka selanjutnya dibuatkan semacam information-station yang dapat diakses oleh masing-masing pimpinan koperasi tersebut. Hal ini untuk mengantisipasi karena tidak semua petani dan nelayan melek teknologi. Oleh sebab itu dari beberapa anggota koperasi tersebut dipilihlah plus diberikan training cara memanfaatkan internet. Dengan demikian seluruh keperluan para petani dan nelayan dalam memberdayakan usaha-usahanya dapat tercapai secara optimal lewat bantuan ICT.
Konvergensi ICT Dalam Pendidikan-Kesehatan
Konvergensi ICT memang sangat membantu sekolah-sekolah dalam hal pemanfaatan pengetahuan secara meluas, cepat dan efektif. Salah satunya adalah e-learning. Khususnya sekolah yang berkualitas pas-pas-an dapat belajar secara e-learning dengan sekolah-sekolah yang berkualitas internasional lewat fasilitas internet. Namun konvergensi ini kiranya memprioritaskan para pelajar yang berada di kawasan Indonesia Timur sehingga mereka tidak tertinggal jauh dengan koleganya di P.Jawa.
Di samping itu, konvergensi ICT juga menularkan keampuhannya dalam mempermudah dan mempercepat layanan di rumah-rumah sakit. Hal ini dapat terlihat bahwa antara bagian-bagian poli kesehatan (misal : Poli Umum, THT, Gigi, Kandungan, Paru, Kulit dan Kelamin, Jantung) dipasang jaringan komputer LAN (Local Area Network) sehingga setiap dokter yang melakukan diagnosa atau mengambil tindakan medis dapat melihat riwayat medis pasien dari sebuah komputer. Jadi menulis resep, mencatat riwayat penyakit dilakukan menggunakan PC yang terkoneksi secara LAN. Dengan demikian konvergensi ICT sangat praktis baik si pasien maupun si dokter.
Konvergensi ICT Dalam Melawan Global Warming
Jangan lupa masalah krusial ini. Selain ancaman resesi ekonomi dunia dan khususnya Indonesia di tahun 2009 maka tak ada isu yang lebih global selain pemanasan global. Oleh sebab itu konvergensi ICT harus memberikan perhatian besar terhadap isu-isu lingkungan hidup. Lebih-lebih lagi kerusakan hutan dan lahan hijau di Indonesia sudah semakin parah. Maka dari itu konvergensi ICT yang menjadi tulang punggung di negeri ini selayaknya ikut membentuk sebuah system pemetaan Lingkungan Hidup (LH) yang terintegrasi berbasis web. Sistem ini mencakup keanekaragaman hayati, kandungan geologis, mineral, flora dan fauna, vegetasi alam, hutan, termasuk kondisi perairan di seluruh tanah air.
Singkat kata, Indonesia seharusnya memiliki sistem aplikasi tunggal berbasis web yang mensinergikan seluruh potensi kekayaan alam, baik berupa lautan, gunung, dan hutan sehingga pembuatan keputusan menyangkut pelestarian alam dapat dilakukan secara komprehensif oleh pemangku kepentingan (dalam hal ini Pemerintah). Dalam sistem itu, dapat dimasukkan konten-konten seperti : foto satelit tentang kondisi hutan di Indonesia, foto binatang-binatang langka yang harus dilindungi, foto area-area hutan yang rusak atau gundul, foto tumbuh-tumbuhan yang masih eksis, foto area-area pertambangan dan sebagainya.
Lalu dalam system tersebut dibuatkan rincian kajiannya berdasarkan analisa ekologis, analisa ekonomis, analisa hukum, analisa limbah dan sebagainya. Hal ini seperti membuat blue print makro tentang alam Indonesia secara komprehensif. Sistem tersebut dapat dibuat secara open-source, semua ahli bergotong royong membuatnya mulai dari pemetaan, perencanaan hingga eksekusi. Kalangan Ahli dapat berasal unsur Pemerintah Pusat-Daerah, aktivis LSM, kaum profesional, peneliti-ilmuwan, perwakilan operator selular, sampai dengan rakyat jelata.
Tentunya sistem ini merupakan pekerjaan berat namun saya yakin potensi orang-orang Indonesia yang ahli ICT, LH, Hutan, Geologi, Kelautan, Pertanian dapat disatupadukan menjadi sebuah kekuatan untuk menguraikan benang kusut masalah LH dan mencari solusi permanen untuk kesinambungan pembangunan di negeri ini.
Indonesia tidak kekurangan stok orang-orang berkualitas, hanya saja negeri ini kekurangan leader yang berwawasan luas dan bermoral yang mampu menyatupadukan dan mengharmoniskan seluruh sumber daya manusia yang ada khususnya di bidang LH yang berbasis ICT.

No comments:

Post a Comment

GANJIL GENAP 2019

Kendaraan bermotor melambat akibat terjebak kemacetan di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2019). Pemerintah Provinsi DKI ...